Home Profile

Minggu, Januari 25, 2009

Kisah kehidupan di Pantai Ngerenehan, Gunung Kidul

Ini berawal dari sebuah mimpi...
tetapi akhirnya membuat saya sadar, bahwa masih banyak masyarakat kita yang hidupnya jauh dari layak, tetapi mereka selalu bersyukur dengan apa yang mereka dapatkan...

Mimpi hanya sebuah mimpi "bunga tidur katanya", tetapi ini mimpi yang berbeda... mimpi ini sudah lama sekali, saya bermimpi sembahyang di sebuah Pura yang berada di Jogja, Pura yang cukup menarik perhatian saya, karena baru pertama kali saya melihat Pura di kawasan jogja dekat dengan pantai... saya bertanya dalam hati apakah ini nyata??? hehe padahal cuma mimpi, satu tanda yang saya ingat, di sebelah selatan pura terdapat pohon pandan..."
Disini saya tidak akan membicarakan Pura, Hindu ataupun ajaran2an nya karena saya tidak memiliki kemampuan yang dalam tentang agama... dan saya hanya mengagap agama apapun adalah benar, karena semua agama menuntun jalan kebenaran, sekarang tergantung orangnya toh???, yang saya tau cuma itu.... dan takutnya salah ngomong, walaupun latar belakang dari mimpi saya adalah Pura.... ada sesuatu yang menjadi pikiran saya sampai detik ini.... kehidupan orang-orang disana, mungkin potret kecil yang memilukan hati kecil saya...

Mimpi yang nyata...
ternyata itu bukan sekedar bunga tidur, tanpa sengaja pada bulan september saya pergi ke daerah gunung kidul meyisiri semua wilayah melihat perkebunan Jarak yang diolah menjadi biosolar, ini pun atas permintaan seseorang di Blitar, dan anehnya, saat saya memutuskan untuk jalan2 ke pantai yang terdekat "Ngerenehan" klo ga salah, dekat pantai Baron, saya menemukan sebuah bangunan Pura yang baru dan gambarannya sama dengan mimpi saya, 1 lagi ada pohon pandan-nya lagi.... waduh....... ini nyata...cuma itu yang keluar dari mulut saya, disana saya ketemu dengan seorang bapak yang sudah sedikit tua, dengan 8 anak, namanya Pak Sukirin.

Kemarin tanggal 24 Januari 2009 Jam 17.00 WIB, saya dan teman2 pergi kesana lagi... rencananya mau melakukan persembahyangan malam perenungan suci (kata orang-orang terdahulu saya) dan menginap 1 malam di pura, sambil menikmati pantai keesokan harinya... wih... bener-bener jauh dari kesibukan harian, stres hilang, padahal saya dalam keadaan sakit, tapi tekad sudah bulat....

Ber 5 kami kesana.... sampai disana ketemu dengan bapak Sukirin lagi, wah sambutan mereka hangat sekali padahal saya tau disana masyarakatnya Pancasila (beraneka ragam agama) tetapi harmonis sekali, memang masyarakat yang damai, beda sekali dengan lingkungan kota, kami ditemani sampai jam 12.00 malam, ngobrol macam-macam lah.... tetapi dari sana saya mendapatkan sebuah arti hidup yang tidak layak tetapi indah dan patut disyukuri....

Saya melihat semua orang disana hanya tinggal di bawah atap padang ilalang, ditemboki anyaman bambu dengan celah yang cukup memberikan keleluasaan angin laut masuk ke dalam rumah dan memberikan rasa dingin kepada semua penghuni rumah tidak terkecuali anak kecil yang masih berumur 3 bulan..., saat saya masuk ke dalam rumah yang saya pijak bukan sebuah tehel kremik, melainkan tanah.... Tanah.... dan Tanah...., tidur tanpa kasur... setiap hari.... tapi syukurnya pemerintah jogja sudah memberikan air bersih sampai ke ujung wilayah....

Sebentar saya hembuskan nafas dulu....
Saya bertanya sama pak Sukirin, "Pak kerja bapak apa?", beliau bilang "Biasanya saya hanya mencari rumput laut liar, saat air laut surut, ya paling dapat 10 - 20 ribu rupiah, ya klo ga dapat saya cari tuh landak laut, buat di jual, sepanci besar cuma 10 ribu." Waduh... saya berpikir cukupkah itu buat makan keluarga sehari? sedangkan saya sekali makan 6-7 ribu, dan itupun mereka dapat pas air surut, klo pasang gimana ya, ga makan dong???

Beberapa cerita pahit saya dengar langsung dari pak Sukirin :
  • Makan seadanya, klo misal nasi yang kemarin sisa ya dihagatkan lagi... tapi ga ada yang namanya magic jar....
  • Klo kepasar, jauh PP 30 ribu buat ojek.... minta ampun, dapat duit cuma 10 ribu ojek 30 rbu....
  • Klo mau cari penghasilan yang lumayan, ya nyari udang, tapi malem2, kebetulan kemaren saya lihat buktinya, jam 12.00 - jam 3 pagi mereka mencari udang ke laut.... gila.....
  • Gak ada tv....
  • Gak ada alat komunikasi jarak jauh...wong ga ada jualan signal...wekekeke
Tetapi pak Sukirin selalu mengakhiri kata-katanya dengan "Saya sudah bersyukur mas..., sampai detik ini saya masih diberikan nafas sama Tuhan..."

dan disana saya mulai berpikir.... Pak Sukirin saja puas dan bersyukur dengan kehidupan seperti ini, sedangkan saya, sudah diem dirumah layak huni, makan 3x sehari, ayam, lele, udang, dll.. kebutuhan teknologi terpenuhi, HP, internet 24 jam, mau pergi kemana aja ada motor, tetapi setiap ada pameran di JEC selalu ada aja yang saya mau beli.... akhirnya saya merasa, memang saya tidak pernah puas ya... dan tidak pernah bersyukur atas apa yang telah diberi Tuhan... walaupun sembahyang rutin mengucapkan terimakasih kepada Tuhan bagi saya sekarang tidaklah cukup, perlu pembuktiian lebih real lagi bahwa saya benar2 mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan...

Mudah-mudahan teman2 yang baca bisa menyukuri kehidupan ini, karena jika sampai membaca posting-an saya ini berarti anda sudah lebih dari cukup mendapatkan nikmat dari Tuhan / Allah / God / Sang Hyang Widhi / Gusti Allah... / Sang Tunggal....

Ini hanya sebuah potret kecil kehidupan yang tidak layak tapi tetap mereka mensyukuri...., coba klo wakil rakyat kita pola pikirnya seperti pak Sukirin, saya yakin korupsi tidak bakal pernah ada.... wekekekek (hus.... politik nih..... stop2...)

7 komentar:

  1. PertamaXx..
    [sebelumnya..met dtg di tempat kelahiran saya]

    Iya benar, tkadang kita tidak cukup bisa menyadari bahwa apa yg telah Tuhan hidangkan untuk kita sudah cukup banyak dan kita seringkali lupa mensyukurinya. Kita lebih sering disibukkan untuk mengejar dan terus meminta apa yang Tuhan tidak hidangkan ke kita..

    BalasHapus
  2. Wah... ternyata ada yang mampir... orang sana lagi... mudah-mudahan saya tidak salah mengetikan nama tempatnya... hehehehe... klo salah ya maaf.. hehehe....

    BalasHapus
  3. kita harus bersyukur !!! setiap hari itu harus bersyukur !!! wah...saya termasuk beruntung juga yah...hmm...

    BalasHapus
  4. Alhamdulilah, gusde sudah bisa bersyukur. Meskipun sambil ngoceh, tapi yang penting bersyukur. Sukuri apa yang ada, Hidup seadanya.
    Hidup GUSDEEE.

    BalasHapus
  5. yupp. .bner bgt. .
    kebahagiaan sejati cm bs diraih dg bersyukur. .

    BalasHapus
  6. salam kenal ...

    fakta yang ada,
    bukan orang yang susah hidup nya yang tida bisa bersyukur, justru yang yang lebih 'punya' yang kadang ga bisa bersyukur.

    bersyukur itu katena melihat yang kita punya, bersungut-sungut itu karena melihat apa yang tidak kita punya..

    mau ah maen ke bali?

    BalasHapus
  7. wuisssh... gusde sekarang udah mulai belajar banyak ttg kehidupan. rage maan masi k gunung kidul. pengalamannya seperti gusde (lebih kurangnya)...
    walopun rumah mereka blom layak huni tp PURA nya...waaaaah keren. kayak di besakih-BALI.

    rage setuju jak semua catatan gusde..tp ada yg kurang (maap ini hanya menurut saya,mohon jgn tersinggung) klw bisa nyebutin nama Tuhan satu aja gusde ngih,,,tyang ampun merasa hanyut di gunung kidul tp terakhir tiba2 merasa terlempar jauh.. hehe (sekali lagi maap klw ada yg tersinggung)...suksme

    BalasHapus